Browser anda tidak mendukung iFrame
Para pengembang game terapi disleksia dari UGM (Bagus/inet)
"Umumnya anak disleksia kesulitan mengucapakan kata dan huruf. Namun bila dipaksa mengucapkan kata-kata setiap hari tentu membosankan. Akibatnya mereka cenderung emosional dan malas," papar Muhamad Risqi Utama Saputra, anggota tim pengembang game dari UGM tersebut, di Yogyakarta, Minggu (3/2/2013).
Atas dasar itulah, Risqi bersama timnya mengembangkan aplikasi game yang dinamakan Kinect-based Dyslexia Therapy. Tim yang diberi nama LexiPal ini terdiri dari enam orang.
Mereka adalah teman Risqi dari jurusan Teknik Elektro program studi Teknologi Informasi, yakni Kuntoro Adi Nugroho, Vina Sectiana Amretadewi danTaufiq Almahsyur. Sedangkan dua lainnya, Vremita Desectia Amretasari dari Sastra Perancis, FIB, dan Fransiska Vena dari jurusan Akuntansi FEB.
Sementara menurut Vremita, timnya menggunakan perangkat Microsoft Kinect karena perangkat game ini bisa membantu menjalankan terapi yang bisa mengatasi ketidakmampuan belajar penderita dalam membaca.
Penderita disleksia sangat sulit disembuhkan secara medis. Namun efeknya bisa diminimalisir dengan melakukan terapi. Disleksia sendiri merupakan kelainan neurobiologis yang seringkali kesulitan mengenali kata dengan tepat dan kesulitan dalam kemampuan mengkode simbol.
Menurut Vremita, karena tidak ada penelitian resmi tentang disleksia di Indonesia, mereka langsung terjun ke lapangan. Riset yang dilakukan bersama teman-teman selama lebih kurang tiga bulan.
Salah satunya dengan mengunjungi beberapa sekolah yang memiliki siswa berkebutuhan khsusus serta berkonsultasi dengan psikolog untuk mengetahui lebih jauh tentang disleksia.
Risqi menambahkan, sebenarnya tak ada yang berbeda dalam cara mengajar anak disleksia dengan anak normal lainnya dalam metode pengajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi, salah satunya dengan konsol Kinect ini.
"Lewat aplikasi Kinect Windows presentation dikombinasikan Kinect XBox, biaya yang kami keluarkan sekitar Rp 2,5 juta," ungkap Risqi.
Menurutnya, game tersebut akan membuat penderita lebih senang dan enjoy. Salah satunya saat menggunakan fitur Spelling/Pronouncing Game, yaitu permainan yang didesain untuk mendorong semangat penyandang dislexia dalam mengucapkan suatu huruf/kata yang sulit diucapkan.
"Penyandang Dislexia akan kami minta mengucapkan huruf atau kata yang sesuai dan aplikasi akan menganalisisnya dengan bantuan speech recognition pada Kinect," kata Risqi.
Setiap kali penyandang Dislexia berhasil mengucapkan huruf atau kata tersebut dengan benar, seekor kera dalam aplikasi akan memanjat naik menuju buah pisang idamannya dan aplikasi akan memberikan sejumlah poin tertentu sebagai penghargaan atas keberhasilan dalam melakukan terapi tersebut.
"Aplikasi yang kami buat cukup unik dan inovatif dan memudahkan penderita belajar. Tim Lexipal mendapat penghargaan pemenang terbaik kedua untuk kategori TI dalam ajang Mandiri Young Technopreneurship belum lama ini," pungkas Risqi.
( rou / rou )
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !