Mendikbud Muhammad Nuh
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad Nuh mengatakan
peleburan atau penyederhaan mata pelajaran IPA-IPS di jenjang sekolah dasar (SD) tidak akan mengurangi substansi pengetahuan yang didapat oleh peserta didik.
"Peleburan mata pelajaran IPA-IPS tidak akan mengurangi subtansi pengetahuan, karena tetap diajarkan yang diintegrasikan dengan tema-tema," kata Mohammad Nuh dalam jumpa pers dengan wartawan di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD, adalah bersifat tematik integratif. Artinya, pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.
"Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema energi dapat diajarkan bagaimana pembangkit listrik dimanfaatkan dengan aliran sungai dan menggunakan Bahasa Indonesia," paparnya.
Ia melanjutkan bahan yang menjadi obyek pelajaran yaitu, fenomena sosial, budaya, dan alam. Usia anak-anak di SD yang dibutuhkan, kata dia, adalah keutuhan berpikir atau diajarkan bagaimana berpikir secara holistik.
"Mereka tidak diajarkan pendidikan spesialis, tapi pendidikan secara holistik," ucapnya.
Untuk tingkat SD, lanjut dia, saat ini ada 10 mata pelajaran yang diajari, yaitu pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni budaya dan keterampilan, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, serta muatan lokal dan pengembangan diri.
"Beban pelajaran sekolah yang dipikul anak-anak sekarang terlalu berat," tuturnya.
Sebelumnya, Dosen pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta Sam Mukhtar Chaniago, mengatakan penggabungan mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 dianggap tidak fokus.
"Belajar bahasa itu bisa masuk ke sains ataupun ilmu sosial. Jangan dibalik, Bahasa Indonesia memakai konsep sains atau ilmu pengetahuan sosial," ujar Sam Mukhtar Chaniago, dalam diskusi di Jakarta, Senin (3/12).
Sementara itu, Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung Iwan Pranoto, mengatakan jika IPA atau IPS diajarkan ke dalam Bahasa Indonesia, perlu dipertanyakan pengukurannya. Perlu diperjelas apakah pembelajaran tersebut berdasarkan kaidah bahasa atau sains.
"Bangsa ini perlu menguatkan pendidikan dalam sains, teknologi, teknik, seni, dan rekayasa. Hal ini bisa menjadi modal bangsa untuk memajukan peradaban," kata dia.
peleburan atau penyederhaan mata pelajaran IPA-IPS di jenjang sekolah dasar (SD) tidak akan mengurangi substansi pengetahuan yang didapat oleh peserta didik.
"Peleburan mata pelajaran IPA-IPS tidak akan mengurangi subtansi pengetahuan, karena tetap diajarkan yang diintegrasikan dengan tema-tema," kata Mohammad Nuh dalam jumpa pers dengan wartawan di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD, adalah bersifat tematik integratif. Artinya, pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.
"Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema energi dapat diajarkan bagaimana pembangkit listrik dimanfaatkan dengan aliran sungai dan menggunakan Bahasa Indonesia," paparnya.
Ia melanjutkan bahan yang menjadi obyek pelajaran yaitu, fenomena sosial, budaya, dan alam. Usia anak-anak di SD yang dibutuhkan, kata dia, adalah keutuhan berpikir atau diajarkan bagaimana berpikir secara holistik.
"Mereka tidak diajarkan pendidikan spesialis, tapi pendidikan secara holistik," ucapnya.
Untuk tingkat SD, lanjut dia, saat ini ada 10 mata pelajaran yang diajari, yaitu pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni budaya dan keterampilan, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, serta muatan lokal dan pengembangan diri.
"Beban pelajaran sekolah yang dipikul anak-anak sekarang terlalu berat," tuturnya.
Sebelumnya, Dosen pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta Sam Mukhtar Chaniago, mengatakan penggabungan mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 dianggap tidak fokus.
"Belajar bahasa itu bisa masuk ke sains ataupun ilmu sosial. Jangan dibalik, Bahasa Indonesia memakai konsep sains atau ilmu pengetahuan sosial," ujar Sam Mukhtar Chaniago, dalam diskusi di Jakarta, Senin (3/12).
Sementara itu, Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung Iwan Pranoto, mengatakan jika IPA atau IPS diajarkan ke dalam Bahasa Indonesia, perlu dipertanyakan pengukurannya. Perlu diperjelas apakah pembelajaran tersebut berdasarkan kaidah bahasa atau sains.
"Bangsa ini perlu menguatkan pendidikan dalam sains, teknologi, teknik, seni, dan rekayasa. Hal ini bisa menjadi modal bangsa untuk memajukan peradaban," kata dia.
Redaktur: Taufik Rachman
Sumber: antara
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !